Salah satu permasalahan yang masih sering dialami oleh para pembudidaya ikan lele di kolam terpal adalah masalah air kolamnya yang berbau tidak sedap, atau sering disebut berbau amonia seperti kebanyakan orang menyebutnya. Sementara sistem budidaya ikannya, kebanyakan di antara mereka adalah menerapkan sistem tertutup.
Pengertian sistem tertutup di sini adalah suatu sistem budidaya ikan yang mana air sebagai media budidaya tidak terus-menerus berganti atau terbuang, katakannya jarang dilakukan penggantian air. Berbeda dengan budidaya ikan sistem terbuka, yang mana airnya terus berganti. Salah satu contoh budidaya ikan sistem terbuka adalah budidaya ikan di aliran sungai.
Kondisi seperti ini tentunya tidak hanya akan berakibat buruk pada ikan yang dipeliharanya, namun juga bagi pemilik kolam yang merasa tidak nyaman kepada tetangga atau orang-orang di sekitar perkolaman.
Pertanyaannya adalah mengapa kondisi yang demikian itu terjadi?
Dan bagaimana cara mengatasinya?
Air kolam berbau tak sedap atau bau amonia bisa disebabkan oleh:
1. Padat tebar terlalu tinggi,
2. Jumlah pemberian pakan yang berlebih,
3. Frekuensi pemberian pakan yang terlalu sering.
Mengatasi air bau dengan sering mengganti air, bukan pilihan yang terbaik. Jika menerapkan padat tebar tinggi, salah satu cara yang lebih baik adalah dengan memasang aerator dan pemberian probiotik dan molase (tetes tebu).
Daya aerator yang ideal adalah sebesar 8-10 watt untuk volume air 1 meter kubik. Sedangkan probiotik bisa digunakan adalah probiotik yang mengandung lacto, nitro, dan/atau bacillus sesuai dengan petunjuk pemakaian. Jika tidak tersedia molase, maka bisa diganti dengan gula merah atau gula pasir.
Sekian, semoga bermanfaat.